Senin, 22 Desember 2014

A place that should be visited: tentang perkampungan suku dalam, Baduy



HAIIIII, Blogger!! *tiup-tiup debu*

Udah berapa lama ya ga nulis disini lagi? Lamaaa banget lah pokoknya.. padahal sepertinya banyak banget yang mesti di ceritain.

Untuk kali ini saya mau cerita pengalaman baru saya berada di suku pedalaman. Suku ini terletak di daerah Banten. YA, Suku Baduy!

Tujuan saya kesana untuk bakti sosial sekalian jalan-jalan sih.. hehe. Maklum sebelumnya saya belum pernah ketempat seperti begini, anak rumahan jadi dimaafkan dong ya kalau over excited :D

Sabtu, Pagi hari saya dan temen-temen yang sekitar 11 orang berkumpul ditempat yang sudah ditentuin. Udah banyak banget persiapan yang kita bawa, dari makanan-minuman, obat-obatan, baju ganti dan paling penting KAMERA! (walaupun pake kamera hape sih :p)

Dari Jakarta tepatnya Jakarta Pusat, kita berangkat jam 07.10. Alhamdullilah gak ada kendala apa-apa diperjalanan. Kita sempet berhenti 3 kali untuk buang air kecil di SPBU, makan siang dan sholat di mesjid terdekat. Ketika itu jalanan menuju kesana sedang ada perbaikan jadilah macet panjang dengan truk-truk, jalanannya pun hanya bisa dilewati satu kendaraan, jadi harus ganti-gantian. Kebetulan, ada teman nya teman saya yang mau mengantar untuk lewat jalan alternatif. Sekitar jam 1 siang kami sampai di desa Ciboleger, Baduy Luar. Kalau dihitung-hitung perjalanan kami dari Jakarta sekitar 5,5 jam (itu sudah ditambah waktu untuk berhenti 3 kali tadi).
Jalanan yang mesti kita lewatin kurang lebih seperti ini;



Sesuai rencana awal, sampai disana. Acara bakti sosial dimulai. Warga desa berkumpul di rumah panggung kayu seperti ini;

Rumah panggung di Desa terluar

Anak-anak baduy

Bakti Sosial dengan warga baduy

Selesai bakti sosial, kita nerusin perjalanan ke dalam perkampungan. YAY! The adventure begin…

Awal-Awal jalan, tenaga full semangat 45 :D medan nya jalan setapak dari bebatuan yang disusun ditengah hutan, nanjak turun nanjak turun capek capek hahahhaha =D


Lama kelamaan, capek juga ya buibu *fiuh. Lama perjalanan ke dalam sekitar 2 jam-an, tapi waktu ga kerasa karena pemandangan sekitar yang bener-bener masih alami. Oiya, dalam perjalanan itu gak boleh pake headset atau denger musik. Dengerin musik alam aja lah, suara jangkrik, burung, air mengalir, dll nya itu lebih sensasional :p

Diperjalanan kita ngelewatin jembatan bambu yang masih alami kayak gini;

Ibu dari suku Baduy Luar melewati jembatan bambu

Dan lelah-lelah, capek-capek, semua nya kebayar ketika sampe di salah satu perkampungan. Satu kata; AWESOME!

Perkampungan Baduy

Menelusuri kampung, kita bakal sering liat orang-orangnya yang menenun dan menjual hasil kain tenunan mereka ke wisatawan yang dateng, seperti saya ini hhihii..

Salah satu kegiatan masyarakat Baduy, Menenun


Kain-kain hasil tenunan yang dijual ke wisatawan

Mereka menenun satu minggu untuk satu kain. Dan mayoritas pekerjaan mereka yaitu berdagang dan bertani.

Wefie sama mbak Penenun yang cantik

Waktu itu sedang turun hujan, kami berhenti disatu rumah untuk berteduh dan sekedar menyeruput teh hangat. Kompor mereka pun seperti ini, masih menggunakan kayu bakar.

Masaknya pakai tungku & kayu bakar

Rumah mereka tidak terlalu banyak sekat untuk ruangan, mungkin satu rumah hanya terdapat satu sekat yang memisahkan satu ruangan dan dapur. Jadi mereka tidur bersama-sama dalam satu ruangan yang cukup besar. Setiap rumah juga di lengkapi dengan tempat sampah, bukan hanya ditiap rumah tapi di jalan sepanjang perkampungan, kita bisa liat benda seperti ini;

Buang sampah disini! :D

Dalam adat disana, orang-orang tidak boleh buang sampah sembarangan, kalau iya bisa kena tegur kepala suku dan dapat hukuman. Mungkin orang-orang di kota yang suka buang sampah sembarangan harus kesini untuk terapi membiasakan diri gak “ringan tangan” (re:buang sampah sembarangan) :p

Hujan dan pemandangan yang menakjubkan membuat saya… IYA! I got a new theory “Gak perlu ke Eropa kalau mau liat asap yang diudara yang keluar dari mulut” HAHAHAHA. Ya, ketika saya mencoba meniupkan udara dari mulut, terlihat seperti keluar asap. Jadi kayak macem lagi kedinginan diudara bersalju gitu hahhaaha. Udara disana ga terlalu dingin, Cuma sejuk karena banyak nya pohon-pohon, mungkin itu yang menyebabkan perempuan-perempuan baduy cantik-cantik dan bersih-bersih ya. Secara mereka ga ketemu polusi, debu dan macet tiap hari (--,)

Selesai ngeteh-ngeteh cantik, kita memutuskan untuk pulang. Yang rencana semula mau nginep, cuma karena berbagai pertimbangan & urusan, kami memutuskan untuk pulang. Kita kembali dari perkampungan jam 5 sore dan sampai diluar sekitar pukul 7 malam. Kebayang gimana gelapnya perjalanan kita saat itu? Rombongan kita terpisah menjadi dua, 5 orang jalan duluan termasuk saya. 7 orang sisanya dibelakang karena capek dengan medan perjalanan nya.

Saat itu maghrib tiba, kita hanya orang asing yang berada ditengah hutan untuk pulang. Diperjalanan, kita bertemu dengan salah seorang warga dari Baduy Dalam. Ciri-ciri mereka itu menggunakan baju putih dan ikat kepala warna putih. Bedanya dengan warga dari Baduy luar, mereka memakai ikat kepala warna hitam untuk laki-laki.

bersama Pak Darma yang baik hati

Pak Darma ini yang nemenin kita sampai ke luar, jadi diperjalanan dia ikut rombongan kita. Padahal bisa aja dia jalan duluan karena punya kepentingan lain, yaitu beli sembako ke luar untuk wisatawan yang sedang menginap di perkampungan dalam. Beliau pulang nya besok pagi nya. Luar biasa perjuangan orang-orang disini, untuk beli kebutuhan mereka harus jalan berjam-jam dengan medan yang lumayan. Orang-orang disana pun ramah-ramah dan super baik. Kalau ada banyak dugaan, orang-orang suku pedalaman itu serem-serem dan biasanya liar, setelah saya kesini dugaan itu hilang semua. Mereka orang-orang yang memiliki solidaritas & kepedulian yang sangat tinggi, ramahnya luar biasa, super baik-baik. Kesan nya bagus sekali.

Akhirnyaaa.. setelah kurang lebih 2 jam perjalanan melewati hutan dan gelap, modalnya Cuma senter kecil dan ditemani Pak Darma, kita sampai juga keluar perkampungan *fuuh. Tapi rombongan kedua belum keliatan tanda-tanda nya, setelah mereka sampai juga sekitar 10 menit sesudah rombongan kita, mereka bercerita kalau selama perjalanan tadi, mereka ditemani oleh seekor anjing yang mengikuti dari belakang. Anjing itu tidak mengganggu atau mau menakuti teman-teman saya, dia hanya mengawal teman-teman saya sampai keluar perkampungan. Masih belum jelas maksudnya apa. Hanya yang ada dipikiran saya adalah semua penghuni yang ada di perkampungan itu sangat bersahabat, termasuk anjing tadi.

One of my awesome experience that I ever had..


Selamat tinggal, Baduy. Terima kasih telah mengajarkan pelajaran & memberikan pengalaman baru untuk saya dan teman-teman. Sampai Jumpa lagi!






Tia Karina Putri

Do not allowed to copy without permission

Tidak ada komentar:

Posting Komentar