Kamis, 01 September 2016

PCOS dan Positif Hamil (Part 1)



Assalamualaikum..
apa kabar blog reader? Rasanya lama banget ga nulis, berasa udah vakum berabad-abad di dunia blogger hihihii..

Well, kali ini saya mau berbagi cerita buat buibuk yang belum hamil atau sedang program hamil, khusus nya yang punya PCO. Yang belum tau PCO itu apa? Jadi PCO itu kondisi dimana sel telur seorang wanita tidak dapat dibuahi karena berukuran tidak normal alias kecil-kecil. Sel telur yang siap dibuahi normalnya berukuran 18 mm, namun untuk kasus PCO ini, sel telur berhenti berkembang pada ukuran 5-7 mm dan berbentuk seperti anggur. Ciri-ciri PCO adalah tumbuhnya rambut-rambut halus diatas bibir, didagu, dan perut, ada juga yang sering berjerawat, dan termasuk haid yang tidak teratur, hal itu dikarenakan wanita yang memiliki PCO kelebihan hormon testoteron atau hormon laki-laki.

USG PCO: sel telur kecil-kecil berantai (source image: google.com)

Nah dari ciri diatas, saya itu termasuk yang punya kumis tipis tapi ga selebat Iis Dahlia sih :D dan juga rambut halus di perut. Pertama kali tau kalau saya ini ada PCO itu setelah 3 bulan menikah, awalnya saya agak gelisah karena kok belum hamil-hamil (walaupun ini agak lebay ya, baru 3 bulan udah gelisah belum hamil :p) tapi waktu itu saya flashback saat kakak saya menikah, dia tidak perlu menunggu berbulan-bulan dan langsung hamil. Ngomong lah saya ke suami soal kegelisahan saya, awalnya suami cuma nanggepin “yaudahlah dinikmatin dulu aja masa-masa pacaran halal” karena kita dulu pacaran dalam waktu yang cukup singkat gak sampe 1 tahun. Tapi tetep kekeuh bilang ke suami kalo saya ingin memastikan dulu kalau kondisi saya dan dia baik-baik saja, kalau memang baik-baik saja ya tinggal tunggu rezeki dari Allah, kalau memang ada masalah jadi bisa diatasi sedini mungkin. Akhirnya suami setuju. Waktu itu karena saya tidak berpengalaman ke dokter kandungan, jadi saya tidak tau periksa nya harus dimana? Harus sama siapa? Dsb. Tanya sana-sini akhirnya saya memutuskan ke RS. Mitra Keluarga Barat dengan dr. Dwi Santy, SP.OG.

Saya buat janji dan bertemulah dengan Ibu dokter yang cantik ini, ditanya tanggal-tanggal menstruasi 3 bulan kebelakang, untungnya setelah menikah saya selalu catat kapan saya menstruasi dan kapan berakhirnya. Dari data menstruasi saya, sudah terdapat kejanggalan. Ya, salah satu ciri PCO juga menstruasi yang tidak teratur.

Waktu satu bulan pertama menikah saya telat 3 minggu, campur aduk rasanya, udah pede kayaknya langsung isi tapi di testpack negatif, dan akhirnya keluarlah si menstruasi itu (patah hati </3>) bulan kedua telat 10 hari (mulai pede lagi) tapi lagi-lagi keluar L (patah hati lagi </3>) bulan ketiga telat 5 hari dan masih ga kapok sama si pede tapi akhirnya patah hati lagi :’(

Lanjut ke pemeriksaan, dr. Dwi Santy mulai melakukan pemeriksaan yaitu usg bagian perut. Dokternya cuma bilang “PCO nih, telurnya kecil-kecil”, cuma agak sama-samar kedengerannya karena saya juga gak enggeh dia ngomong apa, hanya terdengar sel telurnya kecil-kecil. Mungkin juga karena baru nikah 3 bulan jadi dokter pun masih slow respon dan tidak di tindak apa-apa. Turun dari tempat tidur pemeriksaan, duduk dan ditanya sama si Ibu dokter: “kamu ga pernah olahraga ya?” Duh suami langsung sigap banget ngejawab “iya ga pernah sama sekali dok, males kalo disuruh olahraga”. Dan dokter cuma berpesan: “banyak makan sayur, rutin olahraga, rutinkan makan telur (karena telur merupakan makanan yang baik untuk sel telur, gak cuma untuk wanita, telur juga bagus untuk laki-laki) dan gak perlu pusing mikirin masa subur, cukup berhubungan 2 kali sehari aja rutin”. Keluar dari ruangan dokter, saya diresepkan OSFIT DHA. Osfit Dha saya minum bersamaan dengan Folavit yang sudah saya minum sejak awal nikah.

Sampai dirumah, saya mulai kepikiran dan cari tau tentang sel telur kecil-kecil itu apa, lalu ketemulah banyak artikel tentang PCO, bahkan komunitas nya juga. Dari sini saya baru sadar kalau dokter kemarin ngomong “PCO nih” karena baru dapet istilah untuk sel telur kecil-kecil itu nama nya PCO. Banyak baca-baca berbagai sumber tentang PCO agak membuat sedih hati saya dan pikiran kalut kemana-mana. Dari yang mulai mikir “ya ampun aku susah punya anak ya?” “ya ampun terus gimana ya kalo nanti blablablaaaaa….” Dan banyak lainnya. semakin hari semakin kalut, rasanya agak mulai stress, nangis-nangis serasa dunia hancur. Lagi-lagi suami selalu menguatkan, sering saya bertanya bagaimana kalau kita tidak punya anak? Bagaimana kalau kita harus menunggu gak tau sampai kapan? Dan yang membuat sedikit tenang dia menjawab “InsyaAllah aku mencontoh Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim bisa menunggu sampai kurang lebih 80 tahun, sampe akhirnya beliau dikaruniai anak”. Berkali-kali setiap lagi galau, pasti saya melontarkan pertanyaan yang sama ke suami.


Usaha pun saya jalankan. Dari  dokter kandungan, minum susu persiapan hamil, mencoba terapi Folavit + ever E, makan kurma muda, minum jus 3 diva, kacang almond (yang dipercaya dapat menurunkan kelebihan hormon testoteron dan menyeimbangkan hormon esterogen), dan membaca banyak sekali artikel tentang PCO, setiap baca tulisan seorang PCO yang berhasil hamil langsung nangis sambil usap perut. Ahh kalau diingat rasanya saat itu :’)




...will be continued..






Tia Karina Putri



Do not allowed to copy without permission