Assalamualaikum..
apa kabar blog reader? Rasanya lama banget
ga nulis, berasa udah vakum berabad-abad di dunia blogger hihihii..
Well, kali ini saya mau berbagi cerita buat buibuk yang
belum hamil atau sedang program hamil, khusus nya yang punya PCO. Yang belum
tau PCO itu apa? Jadi PCO itu kondisi dimana sel telur seorang wanita tidak
dapat dibuahi karena berukuran tidak normal alias kecil-kecil. Sel telur yang
siap dibuahi normalnya berukuran 18 mm, namun untuk kasus PCO ini, sel telur
berhenti berkembang pada ukuran 5-7 mm dan berbentuk seperti anggur. Ciri-ciri
PCO adalah tumbuhnya rambut-rambut halus diatas bibir, didagu, dan perut, ada
juga yang sering berjerawat, dan termasuk haid yang tidak teratur, hal itu
dikarenakan wanita yang memiliki PCO kelebihan hormon testoteron atau hormon
laki-laki.
USG PCO: sel telur kecil-kecil berantai (source image: google.com) |
Nah dari ciri diatas, saya itu termasuk yang punya kumis
tipis tapi ga selebat Iis Dahlia sih :D dan juga rambut halus di perut. Pertama
kali tau kalau saya ini ada PCO itu setelah 3 bulan menikah, awalnya saya agak
gelisah karena kok belum hamil-hamil (walaupun ini agak lebay ya, baru 3 bulan
udah gelisah belum hamil :p) tapi waktu itu saya flashback saat kakak saya menikah, dia tidak perlu menunggu
berbulan-bulan dan langsung hamil. Ngomong lah saya ke suami soal kegelisahan
saya, awalnya suami cuma nanggepin “yaudahlah dinikmatin dulu aja masa-masa
pacaran halal” karena kita dulu pacaran dalam waktu yang cukup singkat gak
sampe 1 tahun. Tapi tetep kekeuh bilang ke suami kalo saya ingin memastikan
dulu kalau kondisi saya dan dia baik-baik saja, kalau memang baik-baik saja ya
tinggal tunggu rezeki dari Allah, kalau memang ada masalah jadi bisa diatasi
sedini mungkin. Akhirnya suami setuju. Waktu itu karena saya tidak
berpengalaman ke dokter kandungan, jadi saya tidak tau periksa nya harus
dimana? Harus sama siapa? Dsb. Tanya sana-sini akhirnya saya memutuskan ke RS.
Mitra Keluarga Barat dengan dr. Dwi Santy, SP.OG.
Saya buat janji dan bertemulah dengan Ibu dokter yang cantik
ini, ditanya tanggal-tanggal menstruasi 3 bulan kebelakang, untungnya setelah
menikah saya selalu catat kapan saya menstruasi dan kapan berakhirnya. Dari
data menstruasi saya, sudah terdapat kejanggalan. Ya, salah satu ciri PCO juga menstruasi
yang tidak teratur.
Waktu satu bulan pertama menikah saya telat 3 minggu, campur
aduk rasanya, udah pede kayaknya langsung isi tapi di testpack negatif, dan
akhirnya keluarlah si menstruasi itu (patah hati </3>) bulan kedua telat
10 hari (mulai pede lagi) tapi lagi-lagi keluar L
(patah hati lagi </3>) bulan ketiga telat 5 hari dan masih ga kapok sama
si pede tapi akhirnya patah hati lagi :’(
Lanjut ke pemeriksaan, dr. Dwi Santy mulai melakukan
pemeriksaan yaitu usg bagian perut. Dokternya cuma bilang “PCO nih, telurnya
kecil-kecil”, cuma agak sama-samar kedengerannya karena saya juga gak enggeh dia ngomong apa, hanya terdengar
sel telurnya kecil-kecil. Mungkin juga karena baru nikah 3 bulan jadi dokter
pun masih slow respon dan tidak di tindak apa-apa. Turun dari tempat tidur
pemeriksaan, duduk dan ditanya sama si Ibu dokter: “kamu ga pernah olahraga ya?”
Duh suami langsung sigap banget ngejawab “iya ga pernah sama sekali dok, males
kalo disuruh olahraga”. Dan dokter cuma berpesan: “banyak makan sayur, rutin
olahraga, rutinkan makan telur (karena telur merupakan makanan yang baik untuk
sel telur, gak cuma untuk wanita, telur juga bagus untuk laki-laki) dan gak
perlu pusing mikirin masa subur, cukup berhubungan 2 kali sehari aja rutin”.
Keluar dari ruangan dokter, saya diresepkan OSFIT DHA. Osfit Dha saya minum
bersamaan dengan Folavit yang sudah saya minum sejak awal nikah.
Sampai dirumah, saya mulai kepikiran dan cari tau tentang
sel telur kecil-kecil itu apa, lalu ketemulah banyak artikel tentang PCO,
bahkan komunitas nya juga. Dari sini saya baru sadar kalau dokter kemarin
ngomong “PCO nih” karena baru dapet istilah untuk sel telur kecil-kecil itu
nama nya PCO. Banyak baca-baca berbagai sumber tentang PCO agak membuat sedih
hati saya dan pikiran kalut kemana-mana. Dari yang mulai mikir “ya ampun aku
susah punya anak ya?” “ya ampun terus gimana ya kalo nanti blablablaaaaa….” Dan
banyak lainnya. semakin hari semakin kalut, rasanya agak mulai stress,
nangis-nangis serasa dunia hancur. Lagi-lagi suami selalu menguatkan, sering
saya bertanya bagaimana kalau kita tidak punya anak? Bagaimana kalau kita harus
menunggu gak tau sampai kapan? Dan yang membuat sedikit tenang dia menjawab “InsyaAllah
aku mencontoh Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim bisa menunggu sampai kurang lebih 80
tahun, sampe akhirnya beliau dikaruniai anak”. Berkali-kali setiap lagi galau, pasti
saya melontarkan pertanyaan yang sama ke suami.
Usaha pun saya jalankan. Dari dokter kandungan, minum susu persiapan hamil,
mencoba terapi Folavit + ever E, makan kurma muda, minum jus 3 diva, kacang almond (yang dipercaya dapat
menurunkan kelebihan hormon testoteron dan menyeimbangkan hormon esterogen),
dan membaca banyak sekali artikel tentang PCO, setiap baca tulisan seorang PCO
yang berhasil hamil langsung nangis sambil usap perut. Ahh kalau diingat
rasanya saat itu :’)
...will be continued..
Tia Karina Putri
Do not allowed to copy without permission